N’Golo Kanté, salah satu gelandang terbaik di generasinya, baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-34. Momen ini kembali menyoroti perjalanan karier luar biasa dari seorang pemain yang dikenal karena kerendahan hatinya, baik di dalam maupun di luar lapangan. Meskipun telah meraih hampir segalanya dalam sepak bola, Kanté tetap mempertahankan karakter bersahaja yang membuatnya dicintai banyak orang.
Baca Juga : Mengapa Manchester City Lambat Panas di Awal Musim? Ini Rahasia Strategi Pep Guardiola
Di lapangan, ia dikenal sebagai motor tak kenal lelah, memiliki kemampuan membaca permainan yang luar biasa, dan selalu menjadi kunci di lini tengah timnya. Di luar lapangan, ia adalah cerminan dari kesederhanaan, sikap yang telah terbentuk sejak ia memulai perjalanannya dari lingkungan sederhana di pinggir kota Paris.
Perjalanan dari Nol Menuju Puncak
Lahir pada 29 Maret 1991, Kanté tumbuh tanpa kemewahan di keluarga imigran asal Mali. Lingkungan yang membentuk karakternya itu mengajarkan kedisiplinan dan kerja keras, yang kemudian menjadi ciri khas gaya bermainnya. Setelah merangkak dari klub-klub kecil di Prancis, ia akhirnya dilirik oleh Caen, yang menjadi batu loncatan baginya.
Titik balik kariernya datang saat ia bergabung dengan Leicester City. Bersama tim yang tak diunggulkan, Kanté menjadi bagian integral dari dongeng yang berujung pada gelar Liga Premier musim 2015/2016. Kesuksesan itu membuka pintu ke panggung yang lebih besar, termasuk kepindahan ke Chelsea di mana ia meraih gelar Liga Premier dan Liga Champions.
Meski bergelimang prestasi, Kanté tidak pernah kehilangan sentuhan kemanusiaannya. Ia dikenal sering melakukan tindakan sederhana yang terekam kamera, seperti membersihkan sampah di lapangan atau membantu rekan setim, yang menunjukkan karakternya yang tulus.
Babak Baru di Saudi dan Relevansi di Panggung Dunia
Pada tahun 2023, Kanté mengejutkan dunia sepak bola dengan keputusannya bergabung dengan klub Arab Saudi, Al-Ittihad. Perpindahan ini sempat memunculkan spekulasi bahwa karier gemilangnya di Eropa akan berakhir. Namun, Kanté membungkam keraguan tersebut dengan membuktikan dirinya masih relevan di level tertinggi.
Bukti paling nyata adalah saat ia dipanggil kembali ke tim nasional Prancis untuk ajang Euro 2024. Penampilannya yang mengesankan di turnamen tersebut menegaskan bahwa kualitas, profesionalisme, dan pengalaman yang ia miliki tidak pernah pudar, bahkan setelah bermain di luar Eropa.
Di usia 34, Kanté tetap menjadi pemain yang diminati. Laporan mengenai kemungkinan kepindahannya dari Al-Ittihad dan tawaran dari klub-klub Prancis menunjukkan bahwa ia masih menjadi aset berharga. Hal ini menunjukkan bahwa kisah kariernya, yang dihiasi dengan kerja keras dan kerendahan hati, masih jauh dari kata selesai.
Apakah Anda penasaran tentang apa yang membuat N’Golo Kanté begitu efektif dan dicintai, terlepas dari usianya?