JAKARTA – Kepindahan Álvaro Morata dari AC Milan ke klub promosi Serie A, Como, menjadi salah satu berita transfer paling mengejutkan musim ini. Morata membuat langkah berani dengan rela memotong gajinya hingga lebih dari separuh demi bisa bermain di bawah asuhan sahabatnya, Cesc Fàbregas.
Baca Juga : Erick Thohir Buka Nusantara Open 2025: Turnamen Usia Muda Berhadiah Rp1 Miliar Dimulai
Keputusan ini menunjukkan perubahan prioritas Morata. Setelah menjalani musim yang mengecewakan di Milan dan gagal bersinar saat dipinjamkan ke Galatasaray, ia memilih proyek sepak bola yang menjanjikan ketimbang mengejar angka di rekening bank.
Perjalanan Penuh Liku di Milan
Saat didatangkan oleh AC Milan, ekspektasi terhadap Morata sangat tinggi. Ia diharapkan bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Olivier Giroud. Namun, kontribusinya di San Siro jauh dari harapan. Hanya dalam waktu enam bulan, Morata dipinjamkan ke Galatasaray untuk mendapatkan lebih banyak menit bermain.
Sayangnya, masa pinjamannya di Turki juga tidak berjalan mulus. Berbagai isu, termasuk absen dari sesi latihan, semakin memperumit situasinya, dan akhirnya ia kembali ke Italia mencari jalan keluar.
Pilihan Hati ke Como
Setelah proses negosiasi yang cukup panjang, Como akhirnya berhasil mengamankan tanda tangan Morata. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat statusnya sebagai pemain papan atas. Namun, bagi Morata, bergabung dengan Como adalah pilihan logis karena ia percaya pada visi Fàbregas.
Presiden Como, Mirwan Suwarso, mengungkap pengorbanan besar yang dilakukan Morata. “Alvaro sangat menyukai gaya bermain Cesc Fàbregas. Dia memotong gajinya lebih dari setengah hanya untuk datang ke sini,” ujar Mirwan kepada Corriere dello Sport.
Pengorbanan ini tidak hanya menunjukkan komitmen Morata, tetapi juga mempertegas filosofi Como yang tidak ingin mengejar prestasi instan dengan cara yang tidak bertanggung jawab. Mirwan menegaskan, klubnya tidak memiliki target ambisius untuk lolos ke kompetisi Eropa demi menghindari risiko finansial.
“Saya bisa memastikan bahwa lolos ke kompetisi Eropa bukan salah satu tujuan dari rencana bisnis kami. Kami tentu tidak bisa mengejar hasil olahraga dengan segala cara, berisiko bangkrut,” tambahnya.
Kedatangan Morata jelas menjadi sorotan utama bagi Como, membuktikan bahwa terkadang, hasrat untuk meraih kenyamanan di lapangan jauh lebih berharga daripada kenyamanan finansial.