Sudah hampir setahun sejak kedatangan Ruben Amorim di Manchester United, namun taktiknya masih menjadi perdebatan. Sebuah laporan dari The Daily Mail menyebutkan bahwa para pemain Setan Merah, termasuk kapten tim Bruno Fernandes, masih kesulitan dan tidak nyaman dengan skema yang diterapkan sang pelatih.
Baca Juga : Di Balik Kontroversi VAR, Matteo Gabbia Ungkap Kekuatan Sebenarnya AC Milan
Taktik Baru yang Belum Padu
Sejak mengambil alih kursi kepelatihan pada November 2024, Amorim berupaya mengubah formasi andalan MU dari 4-2-3-1 menjadi 3-4-2-1. Perubahan ini membawa dampak signifikan pada gaya bermain tim, yang ternyata tidak mudah diterapkan oleh para pemain.
Laporan tersebut mengklaim bahwa para pemain merasa kesulitan dan mulai mengeluhkan taktik baru ini. Mereka merasa skema tersebut tidak cocok dengan gaya bermain mereka yang sudah terbiasa dengan formasi sebelumnya. Hingga kini, para pemain disebut masih kewalahan beradaptasi, bahkan setelah latihan intensif selama berbulan-bulan. Hal ini memunculkan pertanyaan besar di kalangan skuad: apakah taktik ini benar-benar cocok untuk Manchester United?
Bruno Fernandes Merasa Terkungkung
Salah satu pemain yang paling merasakan dampak negatif dari taktik Amorim adalah Bruno Fernandes. Dalam skema baru ini, posisi sang kapten ditarik lebih ke belakang dari posisi idealnya.
Sebagai seorang gelandang serang, Fernandes terbiasa bergerak bebas dan leluasa untuk membantu serangan. Namun, peran barunya dalam formasi 3-4-2-1 membatasi pergerakannya, membuatnya tidak bisa bermain maksimal. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pada dirinya karena ia merasa tidak bisa memberikan kontribusi penuh seperti yang ia inginkan.
Situasi ini menjadi alarm bagi Amorim. Jika seorang pemain kunci dan kapten tim seperti Bruno Fernandes tidak merasa nyaman, maka adaptasi tim secara keseluruhan mungkin lebih lambat dari yang diharapkan. Keputusan Amorim untuk tetap mempertahankan taktik ini di tengah ketidaknyamanan para pemainnya menjadi teka-teki. Apakah sang pelatih akan bersikukuh dengan idealismenya, atau akan mencari kompromi demi performa tim yang lebih baik?